top of page

SEJARAH GKIM

Sejarah GKIM dapat ditelusuri kembali ke awal dekade 1980-an, di mana Tuhan menggerakkan sekelompok mahasiswa Indonesia yang belajar di Los Angeles dan sekitarnya untuk memulai Kelompok Pemahaman Alkitab yang bertemu tiap hari Sabtu di rumah Moses dan Christine Nugroho di South Pasadena. Kelompok yang dipimpin oleh Penginjil Donald Kurniawan ini kemudian menjadi cikal bakal jemaat Gereja Kristen Indonesia. 

 

Oleh rekomendasi Pastor David Woodward dari Lake Avenue Congregational Church, kelompok ini mendapatkan tempat berbakti di kampus Gereja Lake Avenue.  Dengan pimpinan Tuhan, kebaktian perdana diadakan pada tanggal 24 Juni 1984 di Hutchins Hall lantai dua, di bawah naungan Lake Avenue Church, dengan nama Lake Avenue Indonesian Ministry. Jemaat ini kemudian dikenal dengan nama Gereja Kristen Indonesia Lake Avenue, dan mulai tahun 1986 digembalakan oleh Pdt. Bob Jokiman. 

 

Dalam pertumbuhan selanjutnya, Tuhan menggerakkan jemaat ini untuk membentuk persekutuan-persekutuan Senior Home Fellowship, Married Couples Fellowship, Persekutuan Pemuda, Persekutuan Tentmakers, Sekolah Minggu anak-anak, Kelas Remaja, Persekutuan Doa Malam, Kelas Pemahaman Alkitab, dan English Service. 

 

Pada tahun 1988 Tuhan membuka persekutuan di San Bernardino yang kemudian berkembang menjadi GKI San Bernardino, digembalakan mula-mula oleh Ev. Wagiono Sumarto, dilanjutkan oleh Ev. Samuel Setyawan dan akhirnya dilayani oleh Pdt. Stefanus Suryadjaja. 

Pada awal tahun 1999, jemaat GKI San Bernardino menyatakan berdiri sendiri.

 

Pada tahun 1989, GKI Lake mulai mengadakan kebaktian di Chapel Lake Avenue Church. 

 

Pada tahun 1990, GKI Lake resmi terdaftar sebagai non-profit organization di California, independen dari Lake Avenue Church.

 

Pada tahun 1999, dengan pimpinan Tuhan, Kebaktian dalam Bahasa Inggris dimulai.

 

Dengan penyertaan Tuhan, sejak tahun 2000, jemaat menempati fasilitas di Monrovia dan kemudian dikenal sebagai GKI Monrovia. 

 

Pada tahun 2000 pula kegiatan Komisi Pekabaran Injil dimulai dengan adopsi dari perintisan dua gereja di Lampung. Selanjutnya, komisi ini melakukan berbagai kegiatan seperti membantu pendanaan korban kerusuhan Ambon, scholarship untuk mahasiswa teologia di Kalimantan, Jogjakarta, Nepal, dan siswa di Surabaya, membantu honor untuk hamba-hamba Tuhan di El Salvador, dan terlibat dalam pendanaan awal dari pos di Kupang.

 

Dari tahun 2001 sampai 2005, Penginjil Ben Poli menjadi gembala English Service.

 

Pdt. Bob Jokiman mengundurkan diri sebagai gembala sidang pada tahun 2005. Dari tahun 2005 sampai 2007, jemaat digembalakan oleh empat pendeta interim secara berurutan, yaitu Almarhum Pdt. John Liem, Almarhum Pdt. Liem Ie Tjiauw, Pdt. Joas Adiprasetya, dan Pdt. Leonard Sumule. 

 

Dari tahun 2006 sampai 2010, English Service dibimbing oleh Christopher The.

 

Dari tahun 2007 sampai 2012, Jemaat digembalakan oleh Pdt. Pipi Agus Dhali.

 

Pada tahun 2013, Tuhan mengijinkan jemaat ini untuk membuka lembaran baru, dan dengan rendah hati, gentar, dan berserah pada Tuhan, jemaat ini mencoba meneruskan amanat pelayanan Tuhan di gereja ini. Untuk mengisi mimbar gereja dari tahun 2013 sampai 2016, Tuhan mengirim pendeta-pendeta tamu yang bukan hanya datang untuk berkhotbah tapi juga memperhatikan dan mendoakan jemaat ini.

 

Pada tahun 2016 Tuhan mengirim Pdt. Yohanes Adrie Hartopo untuk membantu mendampingi pelayanan GKIM selama studi risetnya.

 

Sejak 2016 GKIM melalui Komisi PI bekerja sama dengan ShARe dan Gereja Baptis Indonesia Los Angeles dalam pendanaan pos-pos penginjilan di Cambodia, perintisan gereja baru di Ensenada, Mexico, dan pelayanan homeless di Tijuana, Mexico.

 

Dari tahun 2017 sampai 2018, English Service digembalakan oleh Cristian Jerez.

 

Awal tahun 2017 Tuhan kembali memberikan Jemaat ini sebuah lembaran baru dengan mulainya pelayanan Ev. Elizabeth Liauw sebagai Gembala GKI Monrovia. Kegiatan-kegiatan outreach mulai ditingkatkan seperti kunjungan ke nursing home, pembagian traktat, dan pelatihan penginjilan pribadi.

 

Dari Firman Tuhan kita tahu bahwa pelayanan gereja Tuhan akan makin sulit dan tantangan akan makin besar, dan bukan tidak mungkin kita di Amerika ini akan menghadapi penganiayaan karena kepercayaan kita akan keselamatan satu-satunya dalam Yesus. Kita sadar bahwa salah satu panggilan utama gereja adalah menyiapkan jemaat untuk menghadapi tantangan dan penganiayaan di masa depan, dan giat mengabarkan Injil keselamatan. Mari kita juga berdoa untuk para misionaris yang menghadapi banyak tantangan bahkan keselamatan jiwa mereka terancam di lapangan.

bottom of page